Tipe Dan Jenis Detonator
1. Pengertian umum detonator
Detonator adalah alat
pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk letupan (ledakan kecil)
sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka
detonator atau primer. Detonator disebut dengan blasting capsule atau blasting
cap. Adapun pengelompokkan jenis detonator didasarkan atas sumber energi
pemicunya, yaitu api, listrik, dan benturan (impact) yang mampu memberikan energi panas didalam detonator,
sehingga detonator meletup dan rusak. Spesifikasi fisik dari detonator secara
umum sebagai berikut:
·
Bentuk : tabung silinder
·
Diameter : 6 – 8 mm
·
Tinggi : 50 – 90 mm
·
Bahan
selubung luar : terbuat dari alumunium, tembaga
·
Jenis
detonator biasa : salah satu ujung tabung terbuka
·
Jenis
detonator listrik : pada salah satu ujung tabung terdapat dua kawat
· Jenis
detonator nonel : pada salah satu ujung tabung terdapat sumbu non-electric (nonel) terbuat dari plastik.
Seperti telah diuaraikan di
atas bahwa setiap tabung detonator bermuatan bahan peledak kuat. Terdapat dua
jenis muatan bahan peledak di dalam detonator yang masing-masing fungsinya berbeda, yaitu :
1)
Isian
utama (primary charge) berupa bahan
peledak kuat yang peka (sensitif). Fungsinya adalah menerima efek panas dengan
sangat cepat dan meledak menimbulkan gelombang
kejut.
2)
Isian
dasar (base charge) disebut juga
isian sekunder adalah bahan peledak kuat dengan VoD tinggi. Fungsinya adalah
menerima gelombang kejut dan meledak dengan kekuatan besarnya tergantung pada
berat isian dasar tersebut.
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh
jumlah isian dasarnya dan diidentifikasi sebagai berikut (dari ICI Explosive):
ð detonator No. 6 = 0,22 gr PETN (Penta Erythritol
Tetra Nitrate)
ð detonator No. 8 = 0,45 gr PETN
ð detonator No. 8* = 0,80 gr PETN
Jadi daya ledak detonator
No. 8 lebih kuat dibanding detonator No. 6. Kadang-kadang diproduksi juga
detonator No. 4, yang berarti kandungan PETN lebih kecil dari 0,22 gr, untuk
keperluan tertentu.
Disamping pengelompokkan
detonator berdasarkan energi pemicunya, detonator pun dikelompokkan berdasarkan
waktu meledaknya, yaitu:
ð Instantaneous detonator adalah detonator
yang meledak langsung setelah sumber energi menginisiasi isian primer dan
sekunder; dan
ð delay
detonator
adalah detonator yang dapat menunda sumber energi beberapa saat, yaitu antara
puluhan millisekon sampai sekon atau detik, untuk meledakkan isian primer dan
sekunder.
2. Detonator biasa (plain detonator)
Merupakan detonator yang
pertama kali dipergunakan untuk keperluan peledakan, baik industri maupun
militer. Ukuran tabung detonator biasa adalah diameter 6,40 mm dan panjang 42
mm dengan bagian-bagian sebagai berikut:
1)
Ramuan
pembakar (ignition mixture) terbuat
dari bahan yang mudah terbakar dan berfungsi untuk meneruskan api dari sumbu
bakar.
2)
Isian
utama berupa bahan peledak kuat dengan kepekaan tinggi, biasanya ASA, yaitu
campuran lead azide atau lead stypnate dan aluminium, sehingga
seketika setelah menerima panas dari ramuan pembakar, maka isian utama ini akan
meledak dan menimbulkan gelombang kejut.
3)
Isian
dasar berupa bahan peledak kuat dengan VoD tinggi yang akan terinisiasi oleh
gelombang kejut isian primer. Karena isian dasar ini mempunyai VoD tinggi, akan
mampu meledakkan bahan peledak peka detonator sebagai primer. Kandungan isian dasar bisa PETN atau TNT (Tri
Nitro Toluene).
4)
Tabung
silinder terbuat dari bahan tembaga atau aluminium yang mudah rusak apabila
terkena ledakan.
5)
Ruang
kosong separuh lebih ketinggian detonator disediakan untuk menyisipkan sumbur
bakar atau sumbu api atau safety fuse,
karena umum-nya jenis detonator biasa ini selalu dikombinasikan dengan sumbu
api.
Detonator biasa selalu
dipakai atau dikombinasi dengan sumbu api atau sumbu bakar atau safety fuse apabila akan digunakan untuk
meledakkan bahan galian. Apabila peledakan dengan detonator listrik tidak
memungkinkan, maka akan aman mengunakan detonator biasa.
Beberapa hal yang wajib
diperhatikan di dalam menangani detonator biasa agar terjamin keselamatan kerjanya
adalah:
1)
Detonator
tidak boleh diperlakukan kasar, misalnya dilempar atau dipukul-pukul
2)
Periksa
apakah ada benda masuk ke dalam atau menyumbat detonator
3)
Isian
detonator tidak boleh dikorek-korek atau dipadatkan
4)
Detonator
dilarang dipanaskan, senantiasa ada dalam kotaknya dan hanya diambil pada saat
akan disambung dengan sumbu api
5)
Hindarkan
detonator agar tidak kemasukan air
Saat ini penggunaan
detonator biasa untuk kegiatan peledakan utama pada penambangan terbuka dan
bawah tanah sudah berkurang karena tersaingi keunggulannya oleh detonator
listrik dan nonel. Sampai tahun 1960-an peledakan bahan galian menggunakan
detonator biasa masih intensif, baik pada tambang terbuka maupun bawah tanah,
dengan menerima segala kelemahannya.
3. Detonator listrik
(electric detonator)
Kandungan isian pada
detonator listrik sama dengan pada detonator biasa yang membedakan keduanya
adalah energi panas yang dihasilkan. Pada setiap detonator listrik akan selalu
dilengkapi dengan dua kawat yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan
detonator tersebut. Nama kawat tersebut adalah leg wire. Ujung kedua kawat
di dalam detonator listrik dihubungkan dengan kawat halus (bridge wire) yang akan memijar setelah ada hantaran listrik. kawat halus diselubungi oleh ramuan pembakar yang
secara keseluruhan disebut fusehead.
Apabila pijar dari kawat halus terbentuk, maka ramuan pembakar langsung
terbakar dan timbul energi panas dalam ruang detonator. Mekanisme peledakan selanjutnya
sama seperti pada detonator biasa.
Keuntungan pemakaian detonator
listrik dibanding detonator biasa adalah:
1)
Jumlah
lubang yang dapat diledakkan sekaligus relatif lebih banyak
2)
Dengan
adanya elemen tunda dalam detonator, pola peledakan menjadi lebih
bervariasi dan arah serta fragmentasi
peledakan dapat diatur dan diperbaiki
3)
Penanganan
lebih mudah dan praktis
Sedangkan kelemahannya terutama dipandang dari
sudut keselamatan kerja peledakan sebagai berikut:
1)
Tidak
boleh digunakan pada cuaca mendung apalagi disertai kilat, karena kilatan dapat
mengaktifasi aliran listrik, sehingga terjadi peledakan premature.
2)
Pengaruh
gelombang radio, televisi, dan “arus liar” atau stray currents dan listrik statis (static electricity) dari dalam bumi serta arus listrik lainnya
dapat pula mengaktifasi aliran listrik pada detonator
3)
Membutuhkan
peralatan peledakan khusus listrik, yaitu sumber arus listrik, alat penguji tahanan,
dan peralatan listrik lainnya yang tentunya ada biaya yang harus dikeluarkan.
Panjang legwire bervariasi, sehingga dapat
disesuaikan dengan kedalaman lubang ledak. Hindari adanya sambungan kawat di
dalam lubang ledak. Kalaupun terpaksa sambungan harus dibuat di dalam lubang
ledak, yaitu legwire disambung connecting wire, maka sambungan harus
diisolasi dengan benar agar air dalam lubang ledak tidak meresap ke dalam kawat
tersebut. Apabila hal tersebut terjadi akan menimbulkan arus pendek yang hasilnya
adalah ledakan prematur atau gagal ledak.
Tahanan listrik setiap
detonator bervariasi sesuai dengan panjang legwire,
tetapi biasanya :
ð sekitar 1,5 ohm untuk
panjang legwire 1,8 m, dan
ð sekitar 2,0 ohm untuk panjang
legwire 3,6 m.
Kekuatan arus minimal yang
harus dihantarkan untuk meledakkan detonator antara 1 – 1,5 amper, sehingga
apabila terdapat arus liar yang kekuatannya kurang dari batasan arus tersebut
diyakinkan detonator tidak meledak.
Ditinjau dari tenggang
waktu peledakan setelah arus menimbulkan pijar maksimum, maka detonator listrik
dikelompokkan pada detonator langsung (instantaneous
detonator) dan detonator tunda (delay
detonator).
a. Detonator listrik langsung
Adalah detonator
listrik langsung buatan ICI Explosives. mekanisme peledakan
detonator setelah terjadi kontak listrik dari sumber listrik. Seketika setelah
pijar terbentuk, maka energi panas akan membakar ramuan pembakar, sehingga fusehead menjadi merah membara dan memanasi
ruang detonator yang tersisa. Energi panas dari ruang tersebut menjadi pemicu
meledaknya isian utama, kemudian isian dasar dan secara keseluruhan detonator
meledak. Urutan proses tersebut di atas berlangsung sangat cepat seolah-olah
tidak ada jeda waktu antara dari kawat halus berpijar sampai isian dasar atau
detonator meledak. Detonator listrik langsung ini umumnya dipakai untuk pola
peledakan yang hanya satu baris dan jumlah primer di dalam kolom luang ledak
hanya ada satu primer saja.
b. Detonator listrik tunda
Detonator listrik tunda buatan “Ireco” salah satu anggota Dyno Explosives Group. Mekanisme pembentukan energi panas mulai
dari memijarkan kawat halus sampai ramuan pembakar terbakar dan fusehead membara adalah sama dengan pada
detonator langsung. Selanjutnya adalah energi panas
di dalam ruang detonator yang tersisa tidak langsung memicu peledakan isian
utama, tetapi energi panas tersebut dirambat-kan beberapa saat melalui media
elemen tunda (delay element) sampai
akhirnya menyentuh isian utama. Selanjutnya proses peledakan detonator sama
seperti pada detonator listrik langsung. Sebagai elemen tunda bisa berbentuk
media logam penghantar panas yang
waktunya sudah terukur atau berbentuk serbuk kimiawi yang juga
penghantar panas dan sudah diukur lama kecepatan rambatnya. Panjang-pendek
elemen tunda menentukan harga waktu tundanya dan sekaligus memberi kenampakan
fisik detonator secara menyeluruh, yaitu ada detonator yang lebih panjang atau
lebih pendek dari lainnya.
Terdapat tiga macam waktu
tunda dalam detonator listrik, yaitu halfsecond, quartersecond dan millisecond. interval waktu terkecil
dalam peledakan adalah 25 ms, sehingga selang waktu menjadi 25, 50, 75, 100,
125 ms, dan seterusnya.
Setiap produsen memberikan
ciri khusus untuk membedakan masing-masing sistem waktu tundanya, misalnya
dengan warna, nama seri, atau nama khusus. Demikian juga dengan interval harga
waktu tunda dari tiap sistem tersebut, biasanya hanya dibedakan menggunakan
warna label penunjuk waktu tunda (delay
tag color) dan pemberian strip atau garis dengan warna berbeda pada
detonatornya. Halfsecond dan quartersecond diistilahkan juga sebagai Long Period atau (LP) sedangkan
millisecond sebagai MS.
Detonator
listrik seismik:
Mempunyai spesifikasi detonator nomor 8 bintang (8*) yang kekuatannya hampir
dua kali nomor 8. Tabung detonator terbuat dari aluminium dan
fusehead terbentuk dari zat kimia
styphnate sebagai ramuan pembakar. Tanda yang penting dari detonator seismik
adalah bahwa jeda waktu antara saat mulai listrik dikontak dengan peledakan
detonator dibuat sependek mungkin. Caranya adalah dengan menggunakan alat
pemicu ledak (exploder shot atau blasting machine) berkapasitas atau
voltage tinggi. Untuk melindungi adanya “arus liar” dan listrik statis ujung
kedua kawat utama (leadwires) harus
dihubungkan dan diisolasi. Kawat utama dibuat ekstra kuat terhadap tarikan,
yaitu dari bahan pembuat PVC. Untuk jarak yang pendek, yaitu kurang dari 20 m,
kemasannya digulung; sedangkan untuk jarak yang jauh sekitar 20 m lebih
menggunakan rol .
Detonator
listrik bawah air:
Disebut juga submarine detonator
dengan spesifikasi mirip dengan detonator seismik. Diameter kawatnya lebih
besar dari pada detonator seismic. Ujung
atas detonator di press ganda oleh alat crimper
(double circular crimp), sehingga
tahan berada dalam air sedalam 90 m selama 2 minggu.
4.Detonator
nonel
Detonator nonel (non-electric) dirancang untuk mengatasi
kelemahan yang ada pada detonator listrik, yaitu dipengaruhi oleh arus listrik
liar, statis, dan kilat serta air. Akhirnya diketemukan suatu proses transmisi
signal energi rendah gelombang kejut menuju detonator tanpa mempengaruhi bahan
peledak yang digunakan. Transmisi signal terjadi di dalam suatu sumbu (tube) berdiameter 2 – 3 mm terbuat dari
semacam lapisan plastik yang pada bagian dalamnya dilapisi dengan material
reaktif yang sangat tipis. Ketika inisiasi dilakukan, signal energi rendah tersebut
bergerak disepanjang sumbu yang kecepatan propagasinya enam kali kecepatan
suara (2000 m/s). Fenomena gelombang kejut tersebut, yang sama dengan ledakan
debu pada tambang batubara bawah tanah, merupakan rambatan gelombang kesegala
arah, saling membentur dan menikung di bagian dalam sumbu. Bagian luar sumbu
tidak rusak oleh gerakan gelombang kejut yang tidak beraturan tadi karena
jumlah reaktif material didalamnya hanya sedikit (satu lapis).
a. Cara menginisiasi sumbu nonel
Satu ruas “sumbu nonel” (nonel tube) disebut juga “sumbu signal” terinisiasi
secara langsung (instantaneous),
kecuali sudah dipasang detonator tunda oleh pabrik pembuatnya. Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menginisiasi atau menyulut sumbu nonel,
yaitu:
1)
menggunakan
satu detonator, baik detonator biasa atau listrik,
2)
menggunakan
sumbu ledak (detonating cord), atau
3)
menggunakan
starter non-electric yang dinamakan shotgun atau shotfirer.
b. Komponen utama satu set detonator nonel
Detonator nonel diterima
konsumen sudah dengan sumbu signalnya yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Komponen utama satu set detonator nonel adalah sebagai berikut:
1)
Sumbu nonel, berfungsi sebagai saluran
signal energi menuju detonator tunda. Sumbu ini mempunyai panjang yang berbeda,
sehingga pemilihannya harus disesuaikan dengan kedalaman lubang ledak. Pada
bagian ujung sumbu dipres atau ditutup yang disebut dengan ultrasonic seal. Jangan coba-coba memotong ultrasonic seal ini karena uap air akan masuk kedalam sumbu dan dapat
menyebabkan gagal ledak. Sumbu nonel terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan
luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam yang masing-masing berfungsi sebagai
berikut:
·
Lapisan luar: untuk ketahanan terhadap
goresan dan perlindungan terhadap ultra violet
·
Lapisan tengah: untuk daya regang dan
ketahanan terhadap zat kimia
· Lapisan dalam: menahan bahan kimia
reaktif, yaitu jenis HMX atau
octahydrotetranitrotetrazine dan aluminium, pada tempatnya. HMX ber-suhu stabil
dan memiliki densitas serta kecepatan detonasi yang tinggi.
c. Waktu Tunda Detonator Nonel
Penentuan waktu tunda
detonator nonel lebih bervariasi karena pemasangannya dapat dilakukan di dalam
lubang ledak dan di permukaan, yaitu:
1)
di
dalam lubang ledak disebut in-hole delay
atau waktu tunda dalam lubang, yaitu sekuen waktu meledaknya bahan peledak dari
setiap lubang ledak,
2)
di
permukaan disebut trunkline delay
atau waktu tunda permukaan, yaitu sekuen waktu tunda antar lubang di permukaan.
Oleh sebab itu, produsen bahan peledak membuat
detonator nonel yang khusus untuk dipermukaan maupun di dalam lubang ledak.
Bentuk detonator nonel di dalam lubang ledak tidak dilengkapi dengan slot
penjepit, sementara untuk yang dipermukaan dilengkapi dengan slot penjepit yang
berfungsi untuk menyambung antar sumbu nonel atau dengan sumbu ledak